Mencintaimu Adalah sebuah kesalahan…
“Aku sudah benar-benar mencintai sebuah
kesalahan ..
Karena kamu adalah kesalahan itu..
dan aku tak bisa lepas dari cintamu
....”
Siang itu waktu menunjukan pukul 13.15 lonceng tanda pulang sekolah pun berbunyi.
“Teeeng… teeeeng…teeng…teeng..”. Itulah suara lonceng yang dibunyikan oleh salah satu penjaga di sekolah itu.
Tak lama kemudian murid-murid SMA Negeri Harapan Bangsa pun berhamburan keluar dari dalam ruangan kelas. Di antara murid-murid terlihat aku dan ketiga sahabatku. Hari ini adalah hari Sabtu, hari yang kami tunggu-tunggu dari kemarin, karena hari ini ada ekstrakurikuler basket di sekolahku. Tentunya cowo-cowo ganteng yang ikut kegiatan tersebut adalah incaran kami, itung-itung buat cuci mata, menghilangkan penat, letih dan stress setelah sepekan berpikir tak ada henti-hentinya.
Oh…Iya. Perkenalkan ketiga sahabatku, yang memakai tas warna biru itu namanya Panca Aronawa. Cukup di panggil Panca, dia yang paling tua diantara kami berempat. Dia tinggi dan langsing, rambutnya lurus panjang, muka oval, dan pandai sekali menyanyi.
Yang memakai jepit rambut bentuk kupu-kupu itu Heni Ayu Prabasinta namanya, nama panggilanya Heni. Dia anaknya lucu, sering sekali apa yang dia katakan membuat teman-teman yang ada di dalam kelas tertawa terbahak-bahak. Anaknya sedikit gemuk, pipinya cubby, kulitnya putih. Diantara kami, si Heni lah yang paling susah menangkap pelajaran di kelas, Tapi, motivasi untuk berhasil dia sangat tinggi.
Dan yang terakhir yang membawa buku mata pelajaran fisika itu namanya adalah Calista Ozara, teman-teman di sekolah memanggilnya Caca. Dia adalah yang paling cerewet di antara kami, dalam urusan berbicara dia adalah ahlinya. Dia jago bahasa inggris, kemarin ketika mengikuti English Debat Competition dia berhasil memperoleh juara 1 tingkat nasional.. Kereeen kan.. . Caca anaknya kecil mungil dan kulitnya sawo matang.
Itulah ketiga sahabatku, sahabat yang selalu menemaniku di kala susah maupun duka. Sebenarnya temenku banyak tapi, menurutku ketiga anak itu yang ku anggap sebagai sahabat. Kita bersahabat bukan karena kami pilih-pilih dalam berteman. Tapi, karena kita membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi kekurangan di antara kami berempat.
Dan sekarang giliranku memperkenalkan diri, Jreeeeng jreeeeng…(suara instrument gitar) !!! namaku Diana Kartikasari. Panggil saja Tika, aku duduk dikelas XI IPA 1 di SMA Negeri Harapan Bangsa. Sekarang 4 bulan sudah aku duduk di kelas tersebut, bergelut dengan rumus-rumus fisika, kimia, matematika dan ilmu-ilmu pasti lainya. Kata orang aku ini anaknya baik, rajin, dan sopan, Tapi, itu kata orang lain, padahal bagiku tidak. Karena apa yang kita lihat terkadang hanya merupakan bayangan semu dari apa yang kita rasakan, dan apa yang kita rasakan terkadang hanya merupakan angan-angan kosong dari apa yang kita khayalkan, sementara apa yang kita khayalkan, terkadang merupakan belenggu yang tertanam dalam hati dan jiwa kita yang bebas .
Di sekolah aku cukup populer karena aku sering mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. Aku juga tergabung dalam club chearleaders di sekolah. Di setiap ada kegiatan lomba basket antar kelas di sekolah aku, ketiga sahabatku, dan anggota chearleaders yang lain lah yang menyemangati mereka. Lain halnya dengan hari ini. Aku cukup menonton dan meneriaki cowo-cowo yang sedang bermain di tengah lapangan.
Sebagai anak sains nama kita berempat disingkat menjadi “Hepatica” Heni, Panca, Tika dan Caca. Hepatica yang dalam bahasa biologi adalah nama latin dari hati, semoga dengan nama tersebut kita akan selalu sehati, takkan ada perselisihan di antara kita berempat, dan semoga kebersamaan kita langgeng. Itulah yang kami inginkan. Amieeen.. Yaaa.. nama genk kita adalah Hepatica, mungkin kalau di sebut genk terlalu berkesan sangar dan urakan kali yah. Ya sudah genk diganti dengan kelompok saja. Sebenarnya di kelas XI IPA 1 terdapat beberapa kelompok seperti Ametabola, Heksagon, Gleocapsa dan yang lainya. Tapi, kita tetap satu yaitu kelas XI IPA 1.
Sekarang kita kembali ke ekstrakurikuler yaaahh… Ternyata di lapangam basket sudah banyak anak-anak SMA Negeri Harapan Bangsa, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kelas XII yang refresing karena mereka sedang pusing-pusingnya akan menempuh ujian. Di sela-sela penonton di situlah ada aku dan ketiga sahabatku. Para ppenonton bersorak sorai mendukung pemain kebanggaan masing masing.
“Riko... Semangat. Ayo kalahkan saja tim merah”. Kakataku berteriak-teriak menyemangati Riko, anak kelas XII IPA 2.
“Pokoknya Ardi jagoanku harus menang. Gooo... gooo..!!!” teriak caca tak kalah heboh menyemangati si Ardi pacarnya kelas XI IPS 3.
“Iiih... apain sih Ca, dukung tim putih dong” kataku.
“Iiihh... Ogah. Di tim merah kan ada Ardi pangeran kodoku tersayang” jawab Caca.
“Haha.. Iya juga sih yah, kalau begitu, kita dukung aja tim kesayangan masing-masing, aku dukung tim putih, kamu dukung tim merah” kataku.
Akhirnya kegiatan berakhir, pemenangnya adalah tim putih. Aku yang menang, Caca yang kalah. Tak terasa waktu menunjukan pukul 04.00, sudah sore dan kami dan para penonoton yang lain yang semuanya adalah murid di SMA Negeri Harapan Bangsa pun pulang. Heni yang searah denganku pulangnya belok kanan. Caca yang searah dengan Panca pulangnya belok kiri. Dan si Riko yang rumahnya di dekat sekolah masih bersendau-gurau dengan teman-temanya di dekat lapangan. Pandangan mataku tak lepas dari semua gerak-geriknya, sebenarnya aku masih betah di sekolah, tapi waktu yang tak memungkinkan, sudah sore aku harus pulang.
***
Siang itu angin bertiup sepoi-sepoi , terlihat awan sirus dilangit yang tinggi berserat seperti bulu burung yang sangat indah . Hari itu adalah hari senin, bagi anak-anak SMA Negeri Harapan bangsa hari itu adalah hari yang sangat panjang, karena hari itu jam pulang sekolah tak seperti hari-hari biasanya. Setelah selesai upacara bendera ada kegiatan sosialisasi tentang bahaya narkoba dari mahasiswa di salah satu universitas di kotaku.
Singkat cerita setelah bel pulang sekolah, aku dan sahabatku, di ikuti oleh segelintir anak SMA Negeri Harapan Bangsa pergi ke sebuah tempat, atau lebih tepatnya di sebuah taman tak jauh dari sekolah. Di kalangan anak remaja tempat tersebut terkenal dengan sebutan“ Jembatan Senja” karena di taman tersebut ada sebuah jembatan yang melengkung sedikit panjang bercat merah, dan hampir setiap sore di tempat itu selalu ramai dengan anak-anak remaja yang bersantai di tempat itu, entah bersama pacarnya, sahabatnya, ataupun sendiri. Tempat itu sangat indah, terlihat kolam ikan dan di dekatnya terdapat sungai yang mengalir bening. Suasananyta sangat sejuk, damai dan tenang.
Tepat di dekat jembatan itulah kami duduk bercengkrama, kebetulan hari masih siang menjelang sore, tempat itu belum terlihat ramai. Aku, Caca, Heni, dan Panca beritirahat sembari minum es dawet yang di beli di warung pak Sarman. Ceeeeessss… aaaagh, segar sekali..
Tanpa ku sadari tak jauh dari jembatan di bawah sebatang pohon Angsana terlihat kak Riko bersama kawan-kawannya, mereka berenam sedang duduk-duduk. Aku kaget melihatnya, detang jantungku berhenti berdetak sejenak dan darah seakan mengalir ke atas kepala hingga membuat pipiku merah merona, ternyata caca melihat tingkatku. Aku terlihat salah tingkah (salting).
“Waaaaww… Tika, apa yang sedang kamu lakukan,kok gugup gitu.. ? tingkahmu seperti saat di suruh maju ke depan sama pak Agus mengerjakan soal fisika tadi pagi deh, ada apa sih” kata Caca panjang lebar mengintrogasiku seperto pak polisi. Panca dan Heni menjadi saksi, mereka hanya bengong mendengar Caca berkata-kata dan melihat tingkah anehku.
“eeeehh.. aa.. aa.. ngga ada apa-apa kok.. “ jawabku dengan nada sedikit naik seperti nada mayor yang di seni musik itu dan masih memperhatikan sosok kak Riko di bawah pohon Angsana.
“ooowwhhh.. Aku tau sekarang, kamu deg-degan kan ada kak Riko di sebelah sana.. haha.. Tika… Tika.. kamu ada-ada saja” kata Caca lagi sambil tertawa terkekeh.
“Sttt… Jangan keras-keras kenapa Ca, nanti kalau kak Riko dengar kan aku malu” kataku.
“Hallaah,, biar dia tahu sekalian.. weee” jawab Caca.
“Huuuww… ngga setia kawan kamu la” kataku lagi.
“Ehhhh… udah sore, pulang yuk, dari tadi kita kan belum pulang ke rumah” Ajak Panca yang sudah tak sabar ingin pulang, takut di marahin sama mamahnya kali si Panca itu.
“Yuuukk… si Tika mau pulang apa engga? Kalau mau tetep disini ku anter deh ke gerombolannya kak Riko “ kata Caca ngeledek.
“Iiihhh… apaan sih, kalau kalian pulang ya aku ikut pulang.. hoho” kataku.
“Bukanya kamu masih betah disini, ka nada pangeran kodokmu di seberang sana, tuh samperin kalau berani” tiba-tiba Heni angkat bicara.
“Ahh,, engga, aku mau pulang saja, mau di taruh dimana Maluku kalau aku nyamperin kak Riko, nyaliku kan ciut.. hahahah” jawabku.
Dan akhirnya kita pulang, pulang meninggalkan Jembatan senja, taman dan meninggalkan kerumunan kak Riko bersama teman-teman di bawah pohon Angsana. Dan taman itu mulai ramai dengan anak-anak muda, mendingan aku pulang saja. Walaupun kak Riko masih di situ tapi waktu yang membatasunya.
“dadaaaah kak Riko” batinku dalam hati.
***
Malam itu sangat dingin, suasana tak seperti biasanya, walaupun dingin tapi cuaca sangat cerah dan indah, banyak bintang bertaburan di langit, bulan sabit juga terlihat seperti di atas genting rumahku. Aku duduk sendiri di depan teras rumah, sebenarnya tugas masih banyak yang belum aku kerjakan, tapi perasaan ku malam itu berasa tak karuan, sangat galau. Ayah dan Ibu sedang pergi menghadiri hajatan di rumah tetangga. Sembari duduk aku memetikan senar gitar dan bernyanyi, gitar yang di belikan oleh ayah 4 bulan yang lalu sebagai hadiah karena aku berhasil mendapatkan juara kelas di kenaikan tahun lalu.
Ketika kau tertawa ku pandang dengan pasti oh dirimu menarik hati..
Dan biarkan ku menatapmu dengan perasaan ku yang menggebu tiada henti..
Andaikan engkau mengerti perasaanku selama ini namun engkau tak mengerti itu..
Aku pemujamu di sini yang tak engkau kenali sedikit pun sepercikpun kini.
Menyusuri ruang hatimu yang tepat tak dapat ku sentuh..
Semua ini hanyalah angan-anganku yang terlalu jauh..
Tak adakah felling di hatimu saat ku coba merrayu..
Semua ini hanyalah angan-anganku yang terlalu jauh...
Itulah lagu yang aku nyanyikan malam itu, senandung hati berjudul “Angan-anganku” yang menggambarkan perasaan ku. Tak tau kenapa malam itu aku selalu kepikiran tentang Riko, banyangan dia memenuhi otak ku, aaaahhh,,,, sangat galau. Riko adalah anak kelas XII IPA 2, aku memanggilnya kak Riko, dia baik, dia sangat tampan bagiku walaupun yang lain tak bilang begitu, dia juga banyak di sukai sama cewe-cewe di sekolah, dia jago basket, pintar main musik, dan dia juga anak yang pintar. Tak salah jika akupun menyukainya. Akhir-akhir ini aku sangat dekat dengan dia, dekat sebagai seorang teman, karena kita sering berjumpa di kegiatan-kegiatan organisasi dan kegiatan-kegiatan sekolah lainya. Yaaaa,,, aku ngga munafik, ku akui aku menyukai kak Riko, semoga apa yang aku rasakan juga di rasakan oleh kak Riko...
Tiba-tiba handponku bergetar, dari siapa SMSnya ? Jreeeng jreeeng… ternyata dari kak Riko, hatiku sangat berbunga-bunga, walaupun belum tahu isi SMSnya apaan.
“Dalam pembelahan meiosis terjadi peristiwa reduksi kromosom dari 2n menjadi n, seperti hatiku dan hatimu, dari dua hati mrnjadi satu hati” itulah bunyi SMS dari kak Riko. Sedikit gombal dan puitis. Memang kak Riko itu anaknya suka ngegombal, mungkin bukan aku saja yang terkena gombalannya dia. Banyak cewe-cewe di luar sana yang menjadi korban gombalanya itu J. Walaupun cowo-cowo suka ngegombl kesana–kemari seperti kak Riko, tapi tetap saja aku sebagai cewe merasa senang-senang aja tuh digombalin.
***
Singkat cerita, sekarang 7 bulan sudah aku duduk di kelas XI IPA 1, semakin lama perasaan suka ku sama kak Riko semakin bertambah. Sebagai seorang cewe aku tak akan memulainya, aku memendam perasaan suka sama kak Riko sudah cukup lama, kadang aku berharap kak Riko lah yang menjadi pacarku, bukan yang lain, aku sangat menyayanginya, kak Riko lah yang ku anggap pantas menjadi pujaan hati ku, aku sadari setelah aku mengenalnya hidup ku terasa lebih indah. Setiap hari kak Riko lah yang menyemangati ku untuk belajar. Tapi, kadang aku merasa cemburu melihat dia dekat dengan cewe lain, walaupun itu temen satu kelasnya, dan kabarnya di kelas juga ada 3 cewe yang menyukainya. Aku takut jika semua ini adalah harapan palsu, harapan ku sama kak Riko. Banyak teman-teman ku terutama sahabat ku yang menyarankan agar aku yang memulai menyatakan cinta padanya. Karena sampai saat ini dari mulutnya belum pernah keluar kata “Aku menyukaimu, aku ingin kau menjadi pacarmu”. Itulah kata yang aku tunggu-tunggu selama ini. Memang kita sudah sangat dekat, seperti sahabat, seperti dua insan yang menjalin hubungan tanpa status.
Hari ini Heni, Caca, dan Panca berencana akan bermain ke rumah. Kebetulan hari ini hari minggu, kita berencana untuk kumpul-kumpul bersama. Tepat pukul 01.00 mereka datang, kita duduk-duduk di ruang tamu rumahku.
“Ehh.. Tik, gimana kabar hubungan kamu sama kak Riko ? “ tanya Caca tiba-tiba.
“Iya Tik kenapa si kalian ga jadian aja” sambung Panca.
“Kalian ini ngomong apa sih, aku kan malu” jawabku pendek.
“Udah .. mumpung kita masih disini, kamu curhat aja, kita mau kok dengerin ceritamu” kata Heni.
“Ini kan masalah perasaan” kataku sedih.
“Daripada di pendem sendiri, nanti malah kamu yang sakit hati” kata Panca.
“Beneran kalian mau dengerin curahan hatiku?” jawab aku.
“Iya bener, sebagai sahabat kita harus tahu apa yang kamu rasa, karena deritamu adalah derita kita bersama” tambah Heni.
“Sebenernya selama ini aku menaruh perasaan lebih sama kak Riko, kalian tau kan ?” kataku mulai bercerita.
“Iya semua orang tau akan kedekatanmu sama kak Riko, banyak yang mengira kalau kalian pacaran” kata Panca.
“Tapi kita kan ngga pacaran, aku sedih kenapa sampai saat ini kak Riko belum pernah menyatakan cinta sama aku, apakah dia sudah punya cewe lain?” kataku sambil berlelehan air mata.
“Sudah jangan sedih kalau kamu memang suka katakan saja padanya, ngga ada salahnya kita kaum cewe memulai terlebih dahulu” kata Caca.
“Aku malu” kataku.
“Buat apa malu, kamu suka kan sama dia, kamu cinta kan sama dia, siapa tahu dengan seperti itu perasaan kamu sedikit lebih tenang” kata Heni.
***
Semua kata-kata sahabatku kemarin masih terngiang-ngiang jelas di telingaku, dalam hatiku aku selalu bertanya-tanya, apakah pantas aku memulai duluan, apakah pantas aku menyatakan cinta padanya, apakah aku sudah sanggup menerima jawaban darinya kalau ternyata dia tak suka padaku?. Aku takut jika rasaku ini tak terbalaskan olehnya. Memang persahabatan antara aku dan kak Riko sudah indah bagiku. Tapi, apalah arti kedekatan aku bersamanya selama ini jika kita hanya berhubungan tanpa status, apakah kak Riko hanya mempermainkan perasaan ku, apakah dia hanya memberikan harapan palsu padaku... L
Singkat cerita akhirnya setelah sekian lama aku berpikir, aku memutuskan untuk menyatakan cinta padanya. Aku mencoba mengungkapkan perasaanku sama dia selama ini setelah aku mengenalnya.
Tidak ada yang istimewa dari dirinya, tidak ada sesuatu yang lebih yang dapat membuat dunia ini berhenti untuk berputar. Namun duniaku cukup bisa berhenti pada saat pertama aku melihat senyumnya. Senyum yang begitu cepat menghilang seiring berputarnya laju roda kendaraan yang membawanya entah kemana. Begitu ingin aku mendapatkan lebih lama lagi senyum itu, seiring tak berjalannya alamku saat melihatnya. Namun aku tak mampu untuk mengikutinya, karena ternyata kenyataan memaksaku untuk kembali menyusuri jalan nyata yang harus kujalani hari itu.
Di suatu tempat, yang kita sebut sebagai “Jembatan senja”, tempat dimana kira sering menghabiskan waktu sore bersama teman-teman yang lain dan saat kita cuma berdua, akhirnya aku mulai berkata-kata.
“Kak Riko katakan jika kau mencintaiku” kataku pada kak Riko.
“Aku menyayangimu Tika..” kata kak Riko.
“Jadi kak Riko tak mencintaiku.. jawab kak.. jawab...Jika menurutmu, mencintaimu adalah sebuah kesalahan maka aku ingin membenarkan bahwa mencintaimu adalah kebenaran dalam hidupku. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, selamanya dan sebanyak yang aku inginkan. Kenapa kau tidak menginginkannya? Jika alasanmu adalah karena kau tidak menyukaiku, maka akan kubuat kau menyukaiku. Bagaimana pun caranya” kataku sambil meneteskan air mata.
“Tika.. aku memang menyayangimu. Tapi, aku menganggapmu seperti saudara, kamulah Sahabat terbaiku, kamu yang selama ini mau mendengar keluh kesahku, kamulah yang selama ini menghiburku, kamu juga yang membuat aku tersenyum akhir-akhir ini” jawab kak Riko dengan serius.
“Tapi apalah arti kedekatan kita selama ini kak ? Aku mencintai kak Riko, aku mencintai kebaikan kak Riko. Apakah aku yang salah mengartikan semua ini. Apakah aku hanya sebuah pilihan ketika kak Riko merasa bosan “ kataku.
“Iya.. aku akui selama ini memang kita dekat, sudah lama kita bersahabat. Tapi, aku menganggapmu layaknya saudara Tika, Kita akan bersahabat selamanya, jadilah kamu yang selalu membuat aku tersenyum, banyak cowo-cowo di luar sana yang menginginkanmu selama ini, merekalah yang lebuh pantas, aku yakin kamu akan lebih bahagia jika bersama salah satu dari mereka” jawab kak Riko.
Aku mulai bisa menelaah dan memahami perkataan kak Riko. Dia menyayangiku, bukan mencintaiku. Aku paham rasa sayang adalah perasaan ingin melindungi, berbeda dengan rasa cinta, rasa yang ingin memiliki. Aku sadar keputusan kak Riko memang benar, kalau kita pacaran akhir-akhirnya putus akibat ada suatu kesalahpahaman dan akhirnya akan bermusuhan. Berbeda dengan sahabat, sahabat akan selalu bersama selamanya.
Tanpa menjadi pacarnya aku masih bisa menjadi sahabatnya, baginya aku adalah sahabat wanita terbaik yang pernah ia miliki. Mungkin mencintai kak Riko adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang terindah yang pernah aku lakukan, bersamanya hidupku terasa lebih indah, kita akan selalu bersama tak akan melupakan satu sama lain, itulah janji kak Riko padaku. Jembatan senja itulah yang menjadi saksi bisu antara aku dan kak Riko sore itu.
Yaaa... Seorang Riko Wisnutama, seseorang yang aku kagumi selama ini, seseoramg yang aku harapkan menjadi pacarku. Tapi, ternyata Tuhan berkata lain. Selamanya aku akan tetap cinta padanya, karena aku tulus mencintainya. Aku sadar, dengan adanya kak Riko di dunia ini menyebabkan hidupku menjadi lebih indah dan lebih berwarna...
Dan Itulah cinta, selalu memberikan sesuatu yang berbeda disetiap akhir ceritanya yang sesungguhnya tidak pernah benar-benar memiliki akhir. Cinta akan selalu ada, selama masih ada yang meyakininya. Dan aku percaya, cinta itu menyenangkan….
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar