Pages

19 Feb 2012

Coklat Payung Di Kala Hujan

Video itu……
Selalu saja membuatku meneteskan airmata. Padahal itu hanyalah sebuah video yang merekam memory kenangan tepatnya 13 tahun yang lalu.
“ Nara, kamu kenapa nangis???” Tanya Mama
“ nggak apa – apa kok Ma, aku Cuma sedih aja disaat melihat video ini.” ucapku tersenyum sambil menghapus airmataku.
Mama hanya tersenyum dan memelukku.
“ itulah kamu 13 tahun yang lalu, lucu ya!!”
“ lucu apanya Ma, liat tuh muka aku jelek banget, kurus, item dan botak lagi!”uacku yang masih dalam pelukan mama.
“ Hush… nggak boleh ngomong kayak gitu!!!! Namanya juga lagi sakit pasti tubuhmu kurus dan rambutmu banyak yang rontok.”
“Ma, kesembuhan untukku itu seperti anugerah dari Tuhan ya! Bahkan seperti mukjizat yang sulit untuk dipercaya”
“ itulah rahasia Tuhan yang nggak pernah kita tahu, sayang.” Ucap Mama.
Aku hanya tersenyum…
“ lantas, apa yang membuat kamu selalu menangis disaat melihat video ini, apakah keadaan fisik kamu saat itu?”
Aku hanya menagis.


“ loh… kok tambah nangis? untuk apa sedih bukankah sekarang kamu sudah menjadi gadis yang cantik, memiliki tubuh yang proporsional dan rambutmu sudah tumbuh lebat, hitam dan indah tidak botak lagi.’
“ bukan itu yang buat aku nangis, Ma.”
“ lalu apa??”
“ coba Mama lihat sesuatu yang menggantung ditiang infusku itu!!!”ucapku sambil menunjuk ke layar TV mamapun segera melihat.
“ Coklat Payung???” ucap Mama tidak percaya.
“ yaampun sayang, untuk apa menangisi coklat payung itu, Mama kan bisa beliin coklat payung itu seberapa pun kamu mau.”
“ Mama masih ingatkan siapa yang memberikan coklat payung itu??”
Mama diam dan berfikir sejenak. Dan beberapa menit kemudian…
“ iya. Mama masih ingat! Ayah memberikan coklat payung itu untukmu.” Ucap Mama yang mulai meneteskan bulir- bulir airmatanya.
“iya Mama benar, Ayah lah yang memberikan coklat payung itu tetapi, mengapa coklat itu tertinggal disana?? Aku nggak sempat membawanya pulang dan merasakan manisnya coklat itu yang pasti rasanya semanis kasih sayang Ayah untukku. Andai saja aku dapat mengetahui isyarat kepergiaan Ayah maka aku tidak akan lupa membawa coklat itu dan menyimpan coklat itu sebagai kenangan terakhir dari Ayah untukku.” Ucapku yang masih belum berhenti menangis.
“ Nara, jangan menangis terus ya karena, tangis mu ini akan membuat Ayah sedih diatas sana. Ayah sudah tenang disana, kita berdoa ya semoga disuatu hari nanti, kita kan berkumpul lagi seperti dulu.” Ucap Mama tegar.
Aku hanya menangis….
***
Coklat Payung
Dialah penawar kebosananku. Ku keluarkan coklat itu yang berada di dalam kantong tasku. Entah berapa jumlahnya yang pasti sangat banyak dan lumayan untuk persediaan minggu ini. Aku selalu membawa coklat payung ini kemanapun aku pergi, sampai – sampai aku mendapatkan julukan “Girl in the Choco Umbrella”. Hahaha… julukkan yang lucu!!
“ hey Nara..!!! masih saja menjadi penggemar coklat payung!!! Itukan jajanan sewaktu kita anak – anak dulu.” Ledek Guntur, teman sebangku ku.
“ biarin!! Memang apa bedanya dulu dengan sekarang?? Nggak ada bedanya kan?? Toh, gak ada larangan yang tertulis disini bahwa seorang remaja SMA tidak diperbolehkan memakan coklat payung ini!” jawabku jutek tanpa meliriknya.
“ Yah Nara, jangan Marah dong!! Aku kan Cuma bercanda!” sesal Guntur
“ Ya… ya…ya…” ucapku singkat.
Guntur hanya diam dan merasa bersalah.

Pelajaran Matematika telah berlalu selama dua jam, entah berapa bungkus coklat payung yang sudah aku habiskan.
“ Nara, kamu masih marah ya???”
“ marah??? Nggak kok!” ucapku tersenyum lebar.
“ Maaf ya! Karena ucapanku kamu jadi jutek sama aku.
“ ih apaan sih… aku nggak marah kok! Mungkin memang aneh untuk remaja seperti aku yang masih gemar memakan coklat payung.” Sambil tertawa kecil
“ Nara , kenapa sih kamu suka banget sama coklat payung??” Tanya Guntur perlahan.
“ karena rasanya yang manis.”
“ kenapa harus coklat payung??”
“ emang nggak boleh!!???
“ yah Nara, jangan marah dong, aku kan Cuma nanya. Nara, aku boleh minta coklat payung itu nggak??” ucap Guntur nyengir.
“ish… Guntur pake basa- basi segala!! Bilang aja kalo mau!” ucapku sembari menyodorkan coklat itu.
“ gimana? Manis kan??”
“ iya manis sekali, pantas saja kamu sangat menggemari coklat ini.” ucap Guntur yang sedang menikmati lumatan coklat itu.
“ apa yang kamu rasakan disaat meluma coklat itu??”
“ terasa rilex dan enjoy!”
“ itulah alasanku memilih coklat payung sebagai penawar rasa bosanku.”
“ apa hanya itu alasanmu??” ucap Guntur mengagetkanku. Jangan – jangan dia tahu tetang kenangan itu.
“memang ada alasan lain, tapi…”
“ sudahlah tidak usah difikirkan, lebih baik kita habiskan saja coklat – coklat ini!!” ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Ku raih tangkai coklat itu dan memulai melumatkannya dengan wajah yang sedih, teringat Ayah!!”
***
Hujan selalu turun setiap harinya dibulan penghujung tahun ini. Mataharipun enggan memperlihatkan senyumannya, yang ada hanyalah bulir- bulir hujan yang turun disepanjang hari dan hawa dingin yang seakan menusuk hingga ke sendi – sendi tulangku.
“ Guntur!!! Ngapain disitu??” tegurku pada Guntur yang sedang memainkan tetesan air hujan dengan jemari – jemarinya.
“ hey Nara, sini duduk !!!” ucapnya mempersilahkan aku duduk.
“ belum pulang???” Tanya Guntur.
“ belum, hujan masih deras, kamu sendiri kenapa nggak pulang??”
“ aku masih betah berada disini.”
“apa yang membuatmu betah berada disini???”
“ hujan yang membuatku betah berada disini”
“ Hujan???”
“ iya.” Ucapnya mengangguk yang masih memainkan rintik hujan.
“ Guntur… Guntur… masih saja seperti anak kecil yang suka memainkan rintik hujan!”’ ucapku meledeknya.
“ memangnya nggak boleh?? Toh, hujan nggak pernah melarang siapapun untuk menyentuhnya, merasakan setiap tetesannya yang menyejukkan.” Jawab Guntur dengan nada meledek.
“ SIAL!! Kata – kataku dibalikkan lagi oleh Guntur!” ucapku kesal dalam hati.

“ apa alasanmu menyukai setiap tetesan hujan yang turun???”
“ karena, dulu ada seseorang yang menceritakan tentang nyanyian hujan padaku!” ucapnya yang mulai bersedih.
“ nyanyian hujan?? Siapa yang menceritakan itu padamu???”
“ seorang gadis kecil yang duduk dibawah rintik hujan.”
“?????” penuh tanda tanya
***
Kejadian itu terjadi sekitar 1 tahun yang lalu. Saat itu aku melihat seorang gadis kecil yan sedang duduk dibawah rintik hujan. Gadis itu hanya diam dan menunduk
“ hey adik kecil, ngapain diam disini??? Kenapa tidak berteduh disana saja??” ucapku sambil menunjuk kearah halte. Gadis kecil itu melihatku dengan mata yang sembab dan merah. Ku tuntun tubuhnya yang mungil menuju kolong fly over, kubalut tubuhnya dengan jaket yang saat itu aku kenakan.
“ kamu kenapa??? Mengapa berdiam diri dibawah rintik hujan???” tanyaku lagi.
“ aku berdiam diri disana karena hanya ingin menangis kak, melalui tetesan hujan itu tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya aku ini sedang menangis.” Tersenyum
“ apa yang membuatmu menangis??”
“ ibu. Ibuku kak!! Entah mengapa saat ini aku sangat merindukannya, aku rindu akan kisah hujan yang selalu ia ceritakan untukku.” Ucap gadis itu menangis.
“ memangnya ibu ada dimana???”
“ ibuku sudah meninggal sejak seminggu yang lalu kak, karena sakit DBD , tak ada biaya pengobatan untuknya padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan receh demi receh namun tetap saja aku tidak bisa membantunya dan nyawanyapun tidak tertolong.”jelas gadis itu, airmatanya mengalir deras dipipinya yang mungil.
Aku segera memeluknya dan ikut larut dalam kesedihan itu.
“ bolehkah kakak mendengar nyanyian hujan itu??” ucapku yang masih memeluknya.
Diapun hanya mengangguk.
“ jadilah nyanyian hujan yang selalu turun disore hari, nyanyian hujan yang sederhana! Kesederhanaannya dalam menyapa, kesederhanaannya dalam memainkan denting gerimisnya dan dapat memberikan inspirasi bagi yang mendenganya. Tidak seperti nyanyian hujan yang turun saat pagi hari, tak banyak orang yang peduli akan kehadirannya karena mereka masih terbuai dalam mimpi – mimpi. Rintik hujan yang malang!! Yang turun membawa sejuta kisah namun tak ada yang peduli!! Yang ada hanya acuh!
Sunyi….
Sepi dan sendiri….”
***
Ku hapus airmata yang mengalirdi pipi Guntur.
“ lalu, dimana gadis kecil itu sekarang???” tanyaku dengan linangan airmata
“ gadis itu telah meninggal tepat tiga hari setelah pertemuan itu. Dia meninggal karena tertabrak mobil angkutan umum yang sedang melintas disaat ia sedang mengamen!” ucap Guntur penuh isak.
Aku terdiam dan membiarkan Guntur mencurahkan tangisnya.
“ makanlah coklat ini agar kamu bisa merasa rilex dan tenang.” Ucapku
Guntur segera melumatkan coklat itu dengan linangan airmata yang belum juga kunjung reda sama seperti hujan pada sore ini.
Beberapa menit kemudian.
“Nara, entah mengapa aku merasa nyaman saat ada didekatmmu.” Ucap Guntur dengan tatapan kosong yang masih memandangi rintik – rintik hujan.
“ akupun merasakan hal yang sama. Walaupun aku sering memarahimu namun jauh dilubuk hatiku, aku sangatlah menyayangimu!” ucapku yang merangkul pundaknya.
“ Nara, maukah kamu memayungiku dikala hujan?? Menghapus airmataku disaat mengingat nyanyian hujan itu?? Maukah kamu memberikanku cinta yang manis?? Semanis coklat payungmu itu? Ucap Guntur menatap mataku dalam – dalam dan kemudian mencium keningku.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Menyandarkan kepalaku di pundaknya sambil menatap rintik gerimis yang berdenting dengan partitur yang teratur.
“ oh ya Nara, kamu bawa payung nggak??”
“kamu lupa ya?? Aku kan selalu bawa payung!” tersenyum
“ yaudah, ayo kita pulang dengan memakai payungmu saja!”
“ tapi, sayangnya payungku tidak bisa dipakai untuk menahan hujan. Payungku bukanlah terbuat dari kain yang anti air ataupun plastic , payungku itu hanyalah terbuat dari lumeran – lumeran coklat yang dibekukan.”
“NARA!!!” ucapnya kecewa, aku hanya tertawa.
Tiba – tiba, Guntur menggenggam tanganku dan menarik tubuhku untuk berjalan dibawah rintik hujan.
“ sungguh, hari ini adalah hari yang sangat special dalam sejarah hidup ku. Guntur, semoga aku akan tetap bisa memayungimu disaat hujan walau hanya dengan coklat payungku dan Guntur, aku janji padamu, suatu saat nanti aku akan menceritakan tentang alasanku menyukai coklat payung itu!! Aku janji!!” ucapku dalam hati yang sedang berlari dan menari bersama Guntur dibawah rintik hujan.

0 Comments:

Posting Komentar

 
Cool Grey Outer Glow Pointer