Pages

31 Jan 2012

Masa Orientasi Cinta

Pagi yang galau, padahal sinar mentari sudah bersinar mewarnai pagi pertamaku di SMA tetapi tetap saja aku merasa dingin.
Hari ini adalah hari pertama MOS alias Masa Orientasi Siswa. Selama 3 hari aku bakal digojlok oleh kakak kelas dari OSIS. MOS kali ini aku beneran mirip gembel ke sekolah. Bayangin aja rambutku yang kata orang mirip rambut Taylor Swift alias keriting mie harus dikuncir 3 dengan tali rafia plus kalungan ronce bawang merah, bawang putih, cabai merah plus 2 hal yang paling aku benci di dunia ini yaitu PETAI dan JENGKOL. Oh ... biji petai dan jengkol dalam kalung pengusir vampir ini bikin aku mau muntah. Ditambah papan nama yang ditulisi dengan nama orang yang ndeso banget. Karena waktu pemilihan nama aku dapat nama yang asli ndeso-nya yaitu DARKEM. Ya Allah ... OSIS gila ya, namaku bagus gini diganti DARKEM. Oh ya kenalan dulu, namaku KANIA, nama panjangnya KANIA PRIYANTI KURNIAWAN. Dua kata di belakang itu nama ayah dan ibuku yang numpan eksis di akta kelahiranku. Beberapa embel-embel tadi udah cukup bikin aku kayak gembel tapi ada yang lebih gembel yaitu tas dari karung dan harus pakai kaos kaki warna merah dan putih sampai ke lutut. Ya Allah ... aku kok mirip orang gila mau main bola sekalian ngusir vampire. Untungnya aku minta di antar sama Kak Katon, kakak cowokku yang baik hati kalo ada maunya, jadi aku gak jalan kaki deh karena jarak rumah ke sekolah bisa ditempuh dengan 15 menit jalan kaki kecepatan sedang, 10 menit dengan kecepatan ekstra, 7 menit dengan NOS dan 30 menit ala putri keraton. Gara-gara papan namaku ketumpahan air dan tintanya luntur akhirnya aku bikin papan nama darurat dengan spidol dan ku tulis semirip mungkin dengan hasil print out komputer. ***


Huff ... aman. Aku bernafas lega setelah urusan papan nama selesai dan aku pun ikut apel pagi di lapangan yang panas. Padahal baru jam 7.30 tetapi keringat mengalir di dahiku bagai air terjun Niagara. Para pengurus OSIS yang menjadi pemandu di kelasku berkeliling memeriksa semua perlengkapan peserta MOS. Kak Zeus yang memakai kacamata berjalan ke arahku tanpa ek...spresi. Aku merasa percaya diri denpan papan nama palsu yang ku buat mirip dengan hasil print out papan nama teman-teman yang lain. Berhasil, pikirku. Tapi ternyata Kak Zeus berdiri di hadapanku cukup lama dan yang dipandanginya itu papan nama palsu buatanku. Sreett ... Kak Zeus menarik papan nama palsu yang menggantung di leherku.

"Ini bukan hasil print out ya ?" tanyanya dingin.

Aku cuma diam, perasaan udah aku buat semirip mungkin deh. Apanya sih yang kurang pas. Sinus, Cosinus atau Tangen-nya kah ?

"Kalo hasil print out gak mungkin ada pensilnya kan ?" Kak Zeus menunjukkan papan namaku.

Astaghfirullah ... Aku lupa menghapus sketsanya saking terburu-burunya. Aduh ... nasibku gimana nih. Aku mulai panik. Lalu Kak Zeus menarik tanganku dan membawaku ke depan. Semua mata tertuju padaku dan Kak Zeus. Aku terus menunduk.

"Ini contoh buat kalian, kalo kalian berbohong," Kak Zeus berkoar-koar melalui toa.

"Dia telah membuat papan nama palsu. Apa hukuman buat dia ?" Kak Zeus melirikku diiringi semua orang yang bersorak ke arahku.

"Tenang !" seru Kak Zeus.

"Kalo kamu berani berbohong kamu tentu berani melakukan hal ini," Kak Zeus menatapku.

"Melakukan apa, Kak ?" tanyaku pelan.

"Kasih bunga mawar ini sama kakak yang duduk sambil main gitar," Kak Zeus menunjuk cowok yang sedang memetik gitar.

"Cuma itu ?" ceplosku. *sombong

"No, say 'I Love You' to him," perintah Kak Zeus sok kebule-bulean.

"Apa ?" aku terbelalak.

"Cepat !" seru Kak Zeus melalui toa.

"Siapa elo ?" ceplosku lagi.
"Gue ? Zeus, wakil ketua OSIS," Kak Zeus menatapku tajam.

... "Terus ? Penting ya ?" tantangku sambil tersenyum sinis.

"Penting ! Cepat lakuin perintah aku atau aku kasih hukuman lagi," Kak Zeus menghela nafas berat.

Dengan terpaksa dan malu aku berjalan menuju kakak kelas yang ditunjuk Kak Zeus. Dia sedang memetik gitar bersama beberapa temannya. Aduh ... sial banget. Gimana bilangnya coba ? Dasar Kak Zeus sialan. Suatu saat aku pasti bakal balas kelakuanmu itu.

Langkahku semakin dekat dengan cowok itu dan semakin dekat aku semakin jelas melihat tampangnya. Lumayan sih gak jelek-jelek amat. Menyadari kalau aku mendekatinya, dia berhenti memetik gitar.

"Mau apa, De ?" tanyanya lembut.

Aku terdiam saja saking groginya. Masa sih aku harus bilang I Love You sama dia ? Dari kejauhan tampak Kak Zeus berjalan menghampiri aku sambil cengar-cengir mainan kacamatanya.

"Gimana, Vie ? Terima gak anak buah gue," kata Kak Zeus yang kini berada disampingku.

"Emang dia suruh ngapain ? Dari tadi diam aja," cowok itu bingung.

"Dia mau nembak lo," Kak Zeus tertawa.

Teman-teman Kak Zeus dan cowok itu langsung tertawa. Ini jelas fitnah aku gak kenal dia apalagi suka. Seumur-umur aku gak pernah ketemu senior somplak macam mereka. Aku masih berdiri tertunduk diiringi derai tawa mereka.

"Serius ?" tanya cowok itu.

"Iya. Eh, lo ngomong dong," Kak Zeus menyikutku.

"Gak mau," tolakku.

"Oke, tapi dia suka lo. Lo mau ?" Kak Zeus melirikku.

"Cantik sih mirip Taylor Swift," cowok itu menatapku centil.

Hahaha aku dibilang cantik sama senior yang namanya YOVIE JOVIAN MILLARD. Gak bisa dipungkiri rambut kriwilku memang mirip rambut Taylor Swiet.*LOL. Tapi walaupun Yovie memujiku tetap saja Kak Zeus cs menertawakanku.

"Apa-apaan ini ?" tegur sebuah suara.

Aku yang sedari tadi tertunduk dan Kak Zeus cs yang sedang tertawa segera menoleh ke sumber suara.
"Ariel ? Ngapain lo ?" tanya Kak Zeus pada cowok yang menegur kami.

... "Lo ngapain ?" Kak Ariel balik nanya.

"Gue lagi hukum ini anak," jawab Kak Zeus sambil menunjukku.

"Hukum ? Lo abis intimidasi dia man," Kak Ariel mengangkat sebelah alisnya.

"Kalo iya kenapa ? Apa hak lo ? Ini anak buah gue dan gue adalah wakil ketua OSIS.

"Lo bangga ? MOS itu bukan ajang perploncoan, Us," Kak Ariel tersenyum sinis.

"Oh, jelas. Daripada lo calon ketua OSIS gagal," Kak Zeus mencibir.

"Ini lagi apa sih ?" celetuk Yovie.

"Bukan urusan lo," seru Kak Ariel.

"Udah. Balik ke barisan aja yuk, Kan," Kak Zeus menarik tanganku.

Setelah dipermalukan oleh Kak Zeus, dipuji oleh Yovie dan dibela oleh Kak Ariel. Aku pun diperbolehkan ikut acara MOS dengan satu catatan. Pulang sekolah membersihkan ruang aula. Dengan terpaksa aku pun membersihkan ruang aula begitu acara selesai dan diawasi oleh Kak Zeus. Rasanya pengen banget aku pukul Kak Zeus yang nyebelin itu pake sapu.

"Gue boleh bantu ?" tanya Kak Ariel yang tiba-tiba nongol.

"Boleh," jawabku dengan senang hati.

"Sok baik banget lo, Riel. Biar tahun depan kepilih jadi ketua OSIS ya, kan gue udah lulus, jadi rival lo berkurang," sindir Kak Zeus pada Kak Ariel yang masih kelas XI.

"Makasih, Kak," seruku setelah membersihkan aula.

Aku segera berlari ke tempat persembunyianku yang aku temukan saat pembagian kelas kemarin. Lahan kecil yang berada di sudut antara kelas X dan kelas XII IPA. Lahan itu tersembunyi oleh pohon palem. Disana terdapat banyak bunga dandelion yang tumbuh secara liar. Sambil melepas lelah, aku memetik satu bunga dandelion dan ku tiup sambil mengucapkan harapan agar masa 'penyiksaan' ini segera berakhir.

Ternyata hari ini benar-benar panas. Karena tidak ada yang menjemputku aku pun jalan kaki. Saat aku sedang, tiba-tiba datanglah motor dari arah belakang yang hampir menyerempetku. Kurang ajar !

"Hahaha, hati-hati dong," teriak si pengendara motor sialan itu sambil tertawa.
"Woy ! Sialan lo !" teriakku.

... "Taylor Swift kalo jalan pake mata dong," pengendara motor itu berhenti.

Taylor Swift ? Jadi yang hampir nyerempet aku itu Yovie. Itu senior benerang ngajak aku berantem. Mumpung Yovie berhenti, ini kesempatan aku untuk membalas kelakuannya yang bikin aku jantungan. Bukk... ku lepar sepatuku dan mengenai bahu Yovie. *LOL

"Aww... Swift sialan lo," Yovie mengambil sepatuku yang tergeletak di aspal.

"Swift, sepatu lo gue bawa," teriak Yovie sambil tancap gas.

"Yovie ... Balikin sepatu gue," aku teriak.

Tetapi sia-sia karena Yovie sudah menghilang. Alhasil aku pulang dengan satu sepatu karena sepatuku yang satu lagi dibawa kabur Yovie. Mana itu sepatu baru lagi. Besok sekolah pake apa dong ? Sepatu lamaku udah bulukan.

Keesokan harinya ..
Dengan amat sangat terpaksa aku berangkat sekolah dengan sepatu lamaku yang bulukan. Tapi dengan sedikit touch up, gak terlalu bulukan deh.

Betapa kagetnya aku ketika melihat sepatuku yang dibawa kabur Yovie ada di puncak tiang bendera. Dan Yovie sedang tertawa bersama Kak Zeus cs. Aku beneran emosi ingin aku hajar mereka. Dengan malu bercampur murka aku turunkan sepatuku dari tiang bendera.

"Swift, kok diturunin ?" tanya Yovie.

"Diem lo. Nama gue Kania. Gak puas apa lo bikhn gue malu ?" aku menantangnya.

"Wew, anak buah lo berani banget, brad," Yovie melirik Kak Zeus.

"Harusnya kemarin gue tambah hukumannya ya," Kak Zeus tersenyum sinis.

Aku benar-benar terpojok. Aku sadar aku hanya junior cewek yang keras kepala. Rasanya aku menyesal sekolah disini, terlalu mengintimidasi junior. Mereka terus tertawa sambil mengejekku. Mataku sudah berkaca-kaca dan sebentar lagi pasti air mataku tumpah.

"Mana penyelamat lo yang gagal jadi ketua OSIS ?" tanya Yovie sinis.

Aku semakin menunduk dan air mataku sudah menetes.

"Apa-apaan ini ?" seru sebuah suara.

Aku dan Yovie cs menoleh ke sumber suara dengan mulut terngaga. *kompak
"Apa-apaan ini ?" seru sebuah suara.

... Aku dan Yovie cs pun menoleh dengan mulut ternganga. *kompak

Bu Deby yang menegur tadi. Huft, akhirnya ada yang menyelamatkanku.

"Yovie .. Zeus, ada apa ini ?" tanya Bu Deby tegas.

"Ada junior yang nyolot, Bu," Kak Zeus melirikku tajam.

"Gak kok, Bu. Sepatu saya dikerek di tiang bendera sama Kak Yovie," aku membela diri.

"Benar yang dikatakan dia, Yovie ?" Bu Deby menatap tajam Yovie.

"Hehe, iya Bu," Yovie cengengesan.

"Yovie, Zeus kalian itu senior harus memberi contoh yang baik dan MOS bukan ajang intimidasi junior mentang-mentang kalian senior," cerocos Bu Deby.

"Iya, Bu," Yovie dan Kak Zeus mengangguk.

"Kamu kembali ke kelas kamu. Lapor saya kalo mereka berulah," Bu Deby menatapku sambil tersenyum.

"Kalian berdiri disini sampai istirahat. Zeus kamu dapat SP 1," Bu Deby pun berlalu.

Hahaha, tahu rasa mereka. Aku segera berlari menuju ke tempat favoritku setelah memberi senyum kemenangan pada Yovie dan Kak Zeus.

Aku selamat dari intimidasi lagi.

Tulisku pada buku diary. Sementara Yovie dan Kak Zeus berdiri di bawah tiang bendera sambil membawa tulisan "SAYA TIDAK AKAN MENGINTIMIDASI JUNIOR LAGI" dan itu merupakan tontonan yang asyik sepanjang pagi. Aku pun ikut kegiatan MOS hari kedua tanpa intimidasi senior somplak itu. Damai sekali.
***
Hari terakhir MOS begitu menyibukkan sehingga aku tak sempat duduk di taman dandelion sambil mengucapkan sebuah harapan agar kejadian memalukan kemarin tidak terulang lagi. Karena kejadian itu jadi terkenal seantero sekolah bahkan aku didaulat menjadi perwakilan siswa dalam pelepasan tanda peserta MOS. Kebanyakan mereka memanggilku Kania Swift karena rambut kriwilku ini. Semua ini karena Yovie yang memanggilku Swift.

Acara MOS berakhir setelah pelepasan tanda peserta MOS dan akan diumumkan maskot MOS tahun ini yang akan diumumkan dihadapan seluruh warga sekolah termasuk Yovie and the gank.

"Maskot MOS tahun ini adalah KANIA PRIYANTI KURNIAWAN," kata Kak Rani, ketua OSIS melalui mikrofon.

Apa ? Aku jadi maskot MOS tahun ini. Dengan malu-malu aku maju ke depan untuk menerima hadiah yang berada didalam kardus besar.

"We are the campion my friend ... We are the campion my friend ..." Yovie and the gank tiba-tiba menyanyi lagu "We Are The Champion" saat aku maju. Jadi serasa menang lomba Miss Universe. *LOL

"Selamat ya Kania," Kak Rani memberiku kardus besar itu.

Aku hanya tersenyum sambil berpikir isi dari kardus besar itu. Tidak terlalu berat sih, pikirku.

Setelah acara penutupan MOS selesai aku tidak langsung pulang. Seperti biasa aku duduk di taman dandelion, meniup bunganya dan menulis diary.

Aissh... Jadi maskot MOS dan terkenal dengan nama Swift gara-gara senior somplak bernama YOVIE JOVIAN MILLARD.

Krusak .. Krusuk ... Terdengar bunyi sesuatu dari balik semak-semak. Aku menoleh dan tampak seseorang yang berlari menjauh.
Siapa ? batinku. Apakah ada seseorang yang mengetahui keberadaan taman dandelion ini ? Aku berdiri dan pergi meninggalkan taman dandelion itu. Aku melihat seseorang yang berlari menjauh lalu menghilang di tengah kerumunan pengurus OSIS yang sedang membersihkan aula.

"Kania, pulang bareng yuk," tawar sebuah suara.

"Eh, Kak Ariel. Hmm... Boleh," aku menerima tawaran Kak Ariel.

Kak Ariel pun mengantarku pulang dengan motornya. Sepanjang perjalanan dia banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi pengurus OSIS. Lumayan menginspirasi, batinku.

"Makasih," kataku setelah sampai di rumah.

Kak Ariel hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan rumahku.
***
Sore itu, dua minggu setelah MOS dan sudah dua minggu aku kehilangan buku diaryku yang berisi curhatanku dari yang sepele sampai yang paling privat untukku. Termasuk tentang perasaanku saat ini yang sedang jatuh cinta. Aku sudah mencarinya kemana-mana tapi nihil. Aku takut seseorang yang menemukannya akan menyebarkan itu karena nama cowok yang aku suka aku tulis jelas disitu. God, help me. :(

"De, ada temen lu tuh," Kak Katon mengagetkanku.

"Siapa ?" tanyaku.

"Mana gue tau," jawab Kak Katon.

Dengan malas aku menemui tamu yang katanya temanku itu. Mataku masih setengah melek dan rambutku masih tergerai kusut karena aku baru bangun tidur. Bodo amat sama penampilan, batinku.

"Cuci muka dulu gih, malu tau masa ada cowoknya kusut gitu," komentar Mami yang melihatku berpenampilkan kusut.

Mataku langsung melek begitu mendengar kata cowok. Cowok ? Siapa ? Aku kan masih single, aku bertanya-tanya. Dengan terpaksa aku pun ke kamar mandi untuk mencuci mukaku biar aku good looking. *LOL

"Hai, Kan," sapa tamu itu saat aku muncul.

"Elo ?" aku terbelalak.

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku saat melihat sosok cowok yang sedang duduk manis di sofa ruang tamuku. Fiuh, aku menghela nafas sambil menemui tamuku. Tamuku tidak lain adalah Yovie. Haduh ... Ngapain tuh anak ke rumah ?

"Mau apa ?" tanyaku datar sambil duduk di sofa yang berada di depan Yovie.

"Mau balikin ini," jawab Yovie.

Kemudian Yovie membuka tasnya dan mencari sesuatu di tasnya.

"Ini," Yovie menyerahkan sebuah kotak berwarna pink padaku.

"Apaan nih ?" tanyaku bingung.

"Buka aja," jawab Yovie sambil tersenyum evil. *senyumChoKyuhyun*

Aku masih menatap Yovie bingung. Sementara Yovie menatapku agar aku membuka kotak pink itu. Dengan ragu-ragu aku membuka kotak itu. Aku terbelalak (lagi) ketika mengetahui isi kotak pink itu. Isinya adalah buku diaryku yang raib selama 2 minggu. God, ternyata Yovie yang menemukan itu. Mukaku langsung memerah dan tidak berani menatap Yovie.

"Makasih ya," kata Yovie.

"Buat apa ?" tanyaku grogi.

"Lo udah suka sama gue," jawab Yovie tersenyum.

Aku rasa mukaku sudah memerah seperti tomat. Ya iyalah, secara cowok yang selama ini aku suka sudah tahu perasaanku lewat catatan harianku. Yovie. Yovie adalah cowok yang aku sukai. Dengan alasan yang susah dijelaskan aku menyukai sosoknya yang aneh. Aku tidak yakin Yovie mempunyai perasaan yang sama sepertiku.

"Gue malu lo udah tau perasaan gue," aku menunduk.

"Buat apa malu, gue juga suka lo kali," Yovie mengangkat daguku.

Aku menatap mata Yovie. Benarkah yang dikatakan Yovie itu tulus ? Tapi aku tidak melihat kebohongan dari mata Yovie.

"Mau jadi cewek gue ?" tanya Yovie.

Deg ! Jantungku seperti mau berlari.

"Gak mau nolak," jawabku malu-malu.

"Makasih," Yovie mencium tanganku.

God, kok gini ya, aku kok suka cowok aneh dan sering mengintimidasi aku dan sekarang cowok itu jadi pacarku. Yang lebih parah jadi pacar pertamaku.

0 Comments:

Posting Komentar

 
Cool Grey Outer Glow Pointer