Pages

7 Mar 2013

Cerita Seram Saat Datang Cepat ke Sekolah

Hi.. perkenalkan nama saya Dewi Hestia, mau berbagi cerita seram tapi kejadiannya udah agak lama sekitar 2 tahun lalu waktu saya masih kelas XII SMP.

Pagi itu saya berangkat ke sekolah agak cepat sekitar pukul 6:15 karena banyak tugas yang belum kelar, bukan PR tapi semacam proposal karena saya salah satu pengurus OSIS. Saat tiba di sekolah suasananya masih sangat sepi, belum ada anak-anak yang datang. Pagi itu pun cuacanya mendung dan gerimis, saya pun bergegas menuju kelas, dan dari kejauhan saya melihat siswa perempuan lagi duduk2 di taman samping kelas. Dalam hati "Yes.. ada kawan datang cepat juga :D "

"Eh.. kamu Dinda, cepat juga yah datangnya" sapaku.
"Ia Wik dah biasa pun", sambil senyum terpaksa.
"Ngapain duduk disini kan gerimis, yuk Din ke kelas".
"Jangan Wik, jangan masuk ke kelas dulu, tunggu anak2 ramai datang", Dinda berusaha mencegatku dan mukanya kelihatan pucat, kaki tangannya pun gemetaran gitu.
"Memang kenapa Din?" tanyaku.
"Gpp Wik, tadi pas aku masuk kelas kayak ada sesuatu gitu, sebaiknya kamu jangan masuk dulu sendiri".
"Oh.. baiklah, tapi aku masukin tas dulu ya. Nanti aku kesini lagi".

Dalam 2 Menit

Aku tidak ingat secara pasti, alasan apa yang membuatku memutuskan untuk mengunjungi taman ini. Mungkin karena rumahku sendiri sedang kosong. Atau mungkin karena tidak ada rumah lain yang bisa kukunjungi. Bahkan mungkin keduanya! Either way, sekarang, saat aku sudah di sini, aku malah seperti orang linglung.

Seperti sepatu kiri yang sedang mencari si sepatu kanan.

Biasanya, pengunjung taman ini bisa dihitung dengan menggunakan seluruh jari yang ada di tubuh manusia. Dan kebanyakan dari mereka adalah sepasang sneakers yang sedang melingkarkan dan memainkan tali sepatunya di sepasang hak tinggi.Tapi sekarang, hampir di setiap mata angin tempat mataku berhenti untuk menatap sebentar, aku selalu menemukan beberapa pasang sepatu berbagai jenis. Entah itu sepasang pantofel dan hak tinggi yang sedang bergandengan tangan. Atau sepasang sendal wanita yang sedang menggendong sepatu bayi dan merundingkan sesuatu dengan sepasang sendal pria di sampingnya. Bahkan pantai di taman ini pun dipenuhi dengan sepasang kaki telanjang berbagai ukuran dan umur.

Aku mengangkat tangan kananku. "4:15" adalah angka yang terpampang di jam digital yang melilit pergelangannya. Aku pun menghela nafas. Cukup sudah, umpatku dalam hati, seraya sneakersku mulai melangkah dan kedua tanganku mulai sibuk dengan kabel headset yang terlilit.
 
Cool Grey Outer Glow Pointer