Februari 2016
“Makanya Ri, buka tuh hati lo, jangan terus terpaku ama masa lalu yang nggak akan pernah bisa untuk kembali lagi” seketika ucapan mereka menyadarkan lamunanku. Ya... Aku Riri, sudah hampir 5 tahunan ini, aku hidup menjomblo. Setelah terakhir menyandang status berpacaran pada Maret 2011. Bukan. Bukan karena aku tidak terlihat menarik di mata para lawan jenisku. Tapi.... ahh, entahlah apa yang telah terjadi pada diriku sehingga sudah selama itu aku betah menyandang status jomblo. Enam bulan lalu aku telah resmi menyandang gelar sarjana di belakang namaku.
Dulu, sewaktu sekolah aku sudah empat kali berpacaran. Namun, pria yang kerap menari-nari di pikiranku justru bukanlah salah satu dari keempat mantan pacarku. Dia, Tomo, merupakan kakak kelasku saat aku masih SMA. Aku sama sekali tidak tertarik padanya. Namun entah mengapa di saat-saat terakhirnya menggunakan putih abu-abunya aku justru semakin intens berkomunikasi dengannya dan rasanya seperti tumbuh sesuatu yang aneh diantara kami. Di tengah perkenalan serta pendekatanku dengannya, aku telah satu kali memiliki pacar, namun setelah itu aku bahkan lupa bagaimana rasanya pacaran.
*****
April 2010
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional yang tengah dijalani Tomo. Sejak hari pertama ujiannya, aku tak hentinya memberikan semangat juga mendoakan agar ia diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Di sela-sela waktu belajarnya pun, ia masih sempat memberi kabar padaku meski hanya melalui pesan singkat.
Ujian Nasional telah berhasil diselesaikannya, 1 bulan lagi pengumuman kelulusan dan masih ada waktu sekitar 2 hingga 4 bulan ke depan untuk memasuki semester ganjil. Tomo kerap menghabiskan waktunya dengan mendaftar dan menjalani serangkaian tes di berbagai universitas serta sekolah tinggi yang ada di negara ini. Selain itu, terkadang Tomo juga mengisi waktu luangnya dengan mengajakku pergi atau mungkin hanya untuk sekedar makan malam, yaaa mungkin bisa disebut sebagai kencan. Saat itu, kami masih terhitung pendekatan, belum terikat status yang jelas.
*****
Juli 2010
Aku telah resmi menjadi siswi kelas 3 SMA. Senang, karena hanya tinggal beberapa langkah lagi aku akan menjadi seorang mahasiswi dan tidak mengenakan seragam putih abu-abuku lagi. Selain itu, kini aku telah menjadi senior yang paling senior di sekolah, itu artinya aku akan sangat disegani oleh adik-adikku.
Tepat di hari pertama ku menjadi siswi kelas 3, aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari Tomo. Senyum. Itulah ekspresi awal ku ketika mengetahui pengirim pesan singkat tersebut. Namun senyum itu mendadak berubah menjadi airmata ketika aku membaca isi dari pesan singkat tersebut.
From : Tomo J
Ri, maaf aku kabarin ini cuma lewat sms. Makasih bgd ats support kamu selama ini, doa-doa mu yg ga prnah hentinya kamu selipkan di dlm sujudmu, senyummu yg slalu mampu kasih aku semangat yg luar biasa. Tapi, ada hal yg ga bs aku jelasin, aku udh pilih yg trbaik utkku saat ini. Aku pilih Shabrina. Mgkn ini akn mnyakitkn, bukan cuma buat kamu, tp jg buat aku Ri. Jujur, aku sayang kamu. Tp saat ini gatau knpa aku msh blm bs buat sm kamu. Maafin aku Ri atas kputusan ku ini. Kamu mau maafin aku kn Ri? Kamu mau tetep jaga contact ama aku kn Ri? Aku sayang kamu, Riena Fury.....
Mon, 19-07-2011 05:38 am
Setibanya di sekolah, seluruh temanku bingung melihatku tidak sepeerti biasanya yang kerap menyelipkan senyum di setiap langkah yang aku tapaki. Aku tampak murung. Untunglah mereka mengerti dan mereka tidak ada yang menanyakan penyebab ku tampak murung, tampaknya mereka faham kalau saat ini aku butuh waktu untuk menyendiri. Mereka hanya berusaha mengajakku ke kantin atau hanya sekedar mengobrol dengan diselingi sedikit lelucon berharap agar aku mampu melupakan hal yang membuatku tampak murung.
“Terima kasih, teman” ucapku dalam hati sembari memperhatikan setiap tingkah mereka di hari itu dan sesekali memberikan senyumku yang sedikit agak dipaksa. Setidaknya hanya itulah yang mampu aku lakukan untuk mengurangi kekhawatiran teman-temanku kala itu.
*****
April 2011
Setahun yang lalu, akulah yang kerap memberikan support untuk Tomo dalam menyelesaikan ujian akhirnya. Namun kini, ujian akhir itu datang untukku. Tidak seperti Tomo, aku hanya mendapatkan support dari keluargaku saja. Entahlah sedang apa Tomo disana. Yang aku tahu, ia baik-baik saja dengan pacarnya yang kini sudah bukan Shabrina lagi, melainkan Shinta, teman kuliahnya.
Meskipun begitu, terkadang aku masih suka mengiriminya pesan singkat memberitahukannya mengenai kabarku, walau jarang sekali ia membalas pesan singkatku itu. Yang aku tahu, aku masih juga menyayanginya, entah apa alasannya.
*****
September, 2011
Tidak bisa terus ada dalam keadaan seperti ini, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolahku jauh dari bayang-bayang masa-masa SMA ku, masa-masa dimana aku mengenalnya. Dan aku pun berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Ini menyebabkan aku harus pindah ke luar kota.
Di awal perkuliahanku, aku dijauhkan dari segala perkembangan yang terjadi di luar, yang aku tahu hanyalah mengenai apa saja yang terjadi di sekitar wilayah kampus saja. Tidak ada elektronik dan tidak ada alat komunikasi. Berat memang menjalani perkuliahan yang seperti ini, namun aku senang menjalaninya karena perlahan aku mampu menghapus bayangnya.
*****
Desember 2011
Kini aku sudah bisa kembali mengenal dunia luar lagi, meski tidak sebebas dulu untuk berkomunikasi. Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan selama perkuliahan awal ku. Tidak sedikitpun aku memikirkannya. Ku pikir, aku berhasil melupakannya. Mungkin awalnya begitu. Namun aku kembali menemukan warnaku ketika secara tidak sengaja aku melihatnya di jejaring sosial. Ia kini kembali sendiri, tidak ada Shinta, tidak ada Shabrina. Komunikasi kami pun kembali berjalan meski tidak se-intens dulu.
Tak lama, aku mendapatkan pesan singkat darinya. Dan kami pun saling berkirim pesan singkat. Sekedar untuk bertanya kabar dan berbasa-basi.
From : Tomo J
Hai Ri... gmna kbrnya? Udh lama ya kita ga ktmu. Oia, gmna kuliah kamu Ri?
Fri, 23-12-2011 11:23 am
To : Tomo J
Hai juga Tomo... alhmdulillah kabarku baik2 aja kuliahku juga menyenangkn. Aku dpt bnyk bgd temen jg pengalaman baru dsana, kamu gmna?
Fri, 23-12-2011 11:29 am
From : Tomo J
Wahh, psti menyenangkn bgd yaa kuliahmu dsana J. Aku juga alhmdulillah baik Ri. Hmmm... Ri, aku kangen bgd ama kamu. Maafin aku yaa Ri....
Fri, 23-12-2011 11:36 am
To : Tomo J
Iyaa... aku juga kengen Tom ama kamu. Yaudahlah Tomo, yg udh brlalu ga usah d bahas lg, ok ;)
Fri, 23-12-2011 11:47 am
Tak lama setelah pesan terakhirku terkirim, Tomo meneleponku. Kami berbincang banyak di telepon. Intinya, ia meminta maaf dan ingin memperbaiki semuanya lalu ia mengajakku makan malam. Aku yang jujur saja sangat merindukannya pun meng-iya-kan ajakannya.
Malam itu semua berjalan lancar, baik-baik saja. Aku senang sekali. Aku dapat kembali melihat wajahnya, melihat senyumnya yang memesona, melihat sorot matanya ketika berbicara denganku, mencium harum aroma tubuhnya, memegang tangan lembutnya, melihat tawa lepasnya, memeluk pinggangnya ketika ia mulai menambah laju motornya. Semuanya, semua yang ada dalam dirinya aku suka.
*****
Maret 2012
Pil pahit itu kembali harus ku telan. Tomo kini bersama Adis, seorang teman lamanya sewaktu ia SMA. Sudahlah, sepertinya memang seharusnya aku tidak memikirkannya lagi. Lebih baik memikirkan studi ku. Toh, aku sudah pernah berjanji kepada kedua orangtua ku untuk meraih gelar sarjana dengan IP terbaik, bekerja, dan membahagiakan masa tua mereka.
*****
Iri. Mungkin itu yang aku rasakan setiap kali melihat atau mendengar temanku sedang bermanja terhadap kekasihnya. Ku coba bulatkan niatku untuk membahagiakan kedua orangtuaku dengan membayangkan senyum yang akan terkembang di wajah mereka. Hanya itulah yang mampu aku lakukan setiap kali aku merasakan ada kerinduan terhadap titik kosong di dalam diri juga hati ini.
Jika aku mau, aku bisa saja memilih satu diantara mereka para adam yang kini sedang dekat denganku. Namun itu tidak mudah bagiku, rasanya seperti ada sesuatu dalam hatiku yang masih sulit untuk aku buka dan aku gantikan dengan sesuatu yang lain. Atau mungkin karena ada sedikit rasa trauma yang masih kerap menghantui diriku. Entahlah.
*****
Tidak mudah bagiku untuk memulai suatu hubungan yang baru, mengulang semua keadaan yang pernah aku lakukan sebelumnya. Perkenalan dan pendekatan antar pribadi, perkenalan dan pendekatan dengan kehidupan serta lingkungan masing-masing, juga perkenalan dan pendekatan dengan orangtua serta keluarga. Ahh, persetan dengan itu semua.
Semua hal itu, entah, mampu mengembalikan memoriku terhadapnya. Terhadap dirinya yang sangat ingin aku hapus memorinnya dari segala ingatanku.
*****
Juli 2016
Hari demi hari terus aku lewati dengan baik dan indah meski tanpa adanya seorang yang mampu mengisi ruang kosong dalam hatiku. Walaupun tak dapat diingkari kalau akupun merindukan kehadiran seorang yang mampu menghapus hampa ini.
Kini aku telah tumbuh menjadi seorang gadis berumur 23 tahun. Di usia mudaku ini, aku telah berhasil meraih karir yang cukup bagus untuk ukuran seorang sarjana muda. Teman-teman yang baik. Juga penghasilan yang telah mampu sangat membantu ekonomi keluarga. Hanya satu yang kurang, belum adanya seorang pendamping dalam keseharianku, dalam hatiku.
Hingga di suatu hari, di saat untuk kesekian kalinya aku melamun memikirkan hal yang sama, aku bertemu dengan seorang yang mampu mengubah hariku menjadi kembali berwarna. Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja saat aku tengah berada di suatu acara. Dia bukan seorang baru dalam hidupku karena sebelumnya aku sudah mengenalnya. Benar seperti prinsipku selama ini, semua akan indah tepat pada waktunya, biarkan waktu yang menjawab, karena sesungguhnya Tuhan punya rencana yang jauh lebih baik dan indah untuk kita dibanding dengan apa yang telah kita rencanakan. Aku bahagia dapat mengenal dan bersamanya. Aku berharap semoga dialah yang kelak akan menemani hidupku hingga aku tak mampu bernafas lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar