Pages

30 Mar 2012

Memori Yang Hilang

Rumah sakit 
“Dokter.....dokter......” Teriak seseorang dari kamar pasien. “Ada apa Mary.....?” Sahut sang teman. “Anne ini suatu keajaiban....pasien kamar 1314 sadarkan diri....” Kata Mary sang perawat itu girang. “Ohya? Cepat panggil dokter William....” Perawat Mary segera memanggil sang dokter. 
---------- 
“Akhirnya aku pulang kerumahku juga....” Sahutku. Sudah lama aku tidak pulang ke Indonesia. Aku meneruskan kuliah di Malaysia University. Aku jarang sekali pulang kerumah itupun ayah dan bunda yang selalu kesini menjengukku tapi liburan kali ini aku akan memberi kejutan untuk mereka. “Ayah....bunda Nessa pulang....” Teriakku tapi tak ada sahutan dari dalam. “Ayah....bunda....” Ucapku sekali lagi tapi tak ada sahutan juga. Akhirnya aku mencari kunci yang biasanya mereka tinggalkan di bawah pot bunga lili. “Nah...ini dia....” Akhirnya aku bisa membuka pintu ini. Ketika aku masuk rumah ini bau apek tercium dimana-mana. Aku menggerutu kenapa mereka tidak membersihkan rumah ini. Sekali lagi aku memanggil mereka tapi tetap tak ada sahutan begitu juga Bi Inah. Aku melihat keruang belakang juga tak ada hingga akhirnya aku menemukan sepucuk surat dimeja makan. Aku membacanya ternyata dari bunda. 

20 Mar 2012

Ibu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibuku menjalankan sebuah toko kecil pada sebuah pasar.

Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual, apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal yang memalukan.

Pada suatu hari di sekolah. Aku ingat saat itu hari ketika ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepadaku? Aku melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di sekolah.. “Ibumu hanya memiliki satu mata?” dan mereka semua mengejekku.

Aku berharap ibuku hilang dari dunia ini maka aku berkata kepada ibu aku,”Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?” Ibu tidak menjawab. Aku merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang sama, rasanya sangat baik bahwa aku telah mengatakan apa yang telah ingin aku katakan selama ini.

13 Mar 2012

Berakhir Dengan Penghianatan

Berawal dari pertemuan Kara dengan Radit menjadi sebuah kesakitan yang harus ia alami sampai sekarang.. Radit adalah teman kak Gio(pacar sahabat Kara).. Kara,acin dan putri adalah 3 sahabat yang saling berbagi suka maupun duka.. Kara pikir acin dan putri hanyalah seorang teman biasa.. tapi Kara salah..Mereka adalah seorang sahabat yg mengajarkanny banyak hal..

Awalnya Kara biasa-biasa saja dengan Radit.. tapi lama kelamaan Radit mendekati Kara.. Memang dari pertama ketemu Kara ada feel sama Radit tapi Kara anggap itu biasa-biasa saja..

Libur pun telah tiba.. Kara pun berlibur bersama keluarganya ke Bandung.. Kara dan Radit sudah sangat dekat seperti seorang kakak dan adik. Tiap hari Kara dan Radit selalu smsan.. Radit selalu perhatian pada Kara.. Malam itu,Kara pun menerima sms dari Radit..

Pelangi Terakhir

Siang itu langit tidak begitu cerah karena hujan baru saja berhenti mengguyur bumi ini.
Langsung saja aku melajukan mobil jazz biru-ku keluar dari sekolah yang begitu asri meski penghuninya adalah laki-laki semua. Melintasi jalanan yang becek akibat hujan tadi.
Byaaaarrrr….
Tak sengaja aku melintasi jalanan yang ada genangan air dan air tersebut membasahi baju seorang siswi yang sedang duduk di bangku taman dekat sekolahku. Gadis itu langsung bangun dari duduknya. Sambil membersihkan bajunya yang basah dan kotor mulutnya seraya mengatakan sesuatu seperti marah-marah.
“Huh sialan ! Baju gue jadi kotor dan basah gini kan ! Hey, baru bisa bawa mobil yah ? Atau enggak punya etika berkendara yang baik ? Enggak liat apa kalo ada orang disini. Aaaaahhhh !!” maki gadis itu kepadaku.
Kakiku langsung menginjak pedal rem. Mobil berhenti tak jauh dari tempat gadis itu. Aku melirik kaca spionku, ku lihat gadis itu tampaknya marah sekali karena bajunya basah karena kecripatan air hujan yang menggenang di jalanan. Sekilas aku memperhatikan gadis itu, dia tampak manis dan lucu meski ekspresi wajahnya adalah marah. Aku akui, gadis itu memang cantik.
Tanpa mempedulikan gadis itu yang masih ngomel-ngomel, aku langsung tancap gas karena saat itu aku memang sedang terburu-buru.

Cinta Penderita HIV/AIDS

Betapa hancurnya hari ini!!! Matahari terasa gelap, langit mendung sama seperti jiwa yang sedang aku rasakan. Tuhan memberikan cobaan terberat dalam hidupku ketika aku dinyatakan positif mengidap penyakit HIV/AIDS. Dokter mengatakan aku tertular HIV/AIDS mungkin dari minuman yang telah aku minum bersamaan dengan seorang temanku yang terkena penyakit mematikan itu dan kini temanku itu telah tiada seminggu yang lalu karena penyakitnya yang sudah menyebar dalam tubuhnya. Aku tak tahu harus berbuat apa, tak ada lagi pikiran untuk melangkah ke depan.

Bertepuk Sebelah Tangan Atau Tidak?

saat aku kelas 3 di salah satu SMP negri jakarta aku menyukai teman sekelas ku yang bernama fadli, dia anaknya baik, cakep, dan pintar so banyak yang suka sama dia. sekarang dia sudah mempunyai pacar yang bernama sari, sari memang pintar, cantik, dan tak ada yang kurang darinya, jauh beda denganku.
SMPku mengadakan liburan ke jogja. aku sebis dengan teman sekelasku yang ikut termasuk fadli. saat hari keberangkatan kita ke jogja aku terlambat datang dan saat aku datang kursi di bis itu tinggal tersisa satu yang untuk diisi oleh 3 orang, aku, dea, dan eka duduk disana saat aku melihat siapa yang duduk di belakang ku ternyata fadli dia duduk tepat di belakangku yaitu di pinggir. saat itu aku senang dia melihat ke arahku mungkin karena aku lepas kerudung. setelah beberapa lama kemudian aku menoleh sedikit untuk melihat sedang apa fadli di belakang ternyata dia sedang tertidur dan pindah tempat duduk di pojok. tak lama kesenangan aku bertahan ketika melihat bis lain dari sekolah aku membalap bis yang aku tumpangi terlihat seorang wanita yang tersenyum melihat fadli, ternyata dia sari, aku melihat kearah fadli ternyata dia tidak sadar dan tetap tertidur, sepintas di dalam hatiku lewat sebuah kata "YES!" aku bersorak di dalam hati, saat aku melihat sari, senyumnya terlihat luntur di bibirnya.

Dia Memang Untuk Sahabat

Kadang ga tahu gimana ani mau memberikan semua yang ada, tapi yang jelas ada suatu yang pernah bisa di lupakan ani.

Sore itu ketika semua orang sedang sibuk membereskan segala perlengkapan perta ulang tahun ani, datang seorang cowok sebenarnaya bila di lihat sih ga ganteng amat hanya bersih kulitnya tapi juga rapi cara berpakaiannya .
Ani tanpa sengaja berpapasan dengan cowok itu , tanpa terasa ia begitu kagum atas apa yang cowok itu lakukan

“Hai Ri… “ujar Saski yang baru datang “pakabar kamu lama ga ketemu, sekarang sekolah dimana kamu?...” ujar saski pada rio.”ga jauh sih dengan sekolah kamu yang sekarang ki… tapi mungkin karna kita jarang ketemu aja kaliya jadinya kayak dah lama banget tak jumpa he he he maklum kamu sekarang ka udah popular tuuuu”

Be My Valentine

“Tell me whom you love and

I will tell you who you are

Will you be my valentine?”

Meti meremas secarik kertas tanpa dosa di genggamannya. Tulisan cantiknya yang mengisi ruang kecil lembaran putih itu berkerunyut kusut. Valentine! Valentine! Huh! Kapan dia akan mendapat memo cinta seperti itu dari seorang pangeran impiannya? Seperti Rosa, seperti Pupuy, Lula, atau Sarah. Mereka semua sudah punya pacar dan segudang rencana menjelang hari kemerdekaan cinta, 14 Februari itu. Bahkan, sejak minggu-minggu ini, sebelum angka-angka di kalender Januari menunjuk nilai tertinggi.

10 Mar 2012

Puteri Hujan Mama

Hari ini hujan lagi.
Otakku menjadi kisut karena kedinginan.

***

“Aku antar pulang , yuk,” tawar April padaku. Aku mengangguk, hari ini aku mampir ke rumah April yang tinggal di desa tetangga. Niatnya sih mau pinjam beberapa buku Kimia—kecelakaan itu membuatku tertinggal pelajaran−tapi karena hujan, aku terpaksa pulang sedikit lebih sore.
April menyuruhku membonceng motornya.
Dia mengoceh ini itu. Tapi perhatianku tidak tertuju sepenuhnya pada ucapan April.
Seorang nenek tua melambai padaku di depan gubuknya ketika kami melintasinya.
Ragu-ragu aku membalas lambaiannya.
Aku tidak mengenalnya, tetapi dia selalu ada di depan rumahnya setiap kali aku main ke rumah April.
“Kamu ngapain, Ka ?” tanya April. Dia pasti melihatku melambai lewat kaca spion.
“Eh, enggak.”
Gubuk nenek tua itu terlewat.
Dan beberapa menit kemudian, kami sudah berada di depan rumahku.
***

Pergi Untuk Satu

Rambutnya yang panjang di terpa angin malam kota kecil yang dingin. Matanya bulat dan indah, tubuh standar wanita timur, dengan kulit putih langsat yang eksotik. Dia berdiri di depan jendela kamarnya memandang kerlip bintang di langit gelap. Dia adalah Emellie, seorang perempuan usia 21 tahun. Walupun tidak berkuliah Emellie adalah perempuan yang pintar, bekerja di sebuah majalah terkenal dan memiliki banyak teman.

Malam itu hari ketiga masa cutinya, istirahat sejenak dari semua hiruk pikuk kota dan segala pekerjaan kantor yang melelahkan. Emellie pergi ke sebuah kota kecil di daerah pegunungan. Menyewa sebuah vila kecil di tepi danau yang tenang. Angannya melayang jauh pada peristiwa satu tahun yang lalu. Kecelakaan yang merenggut nyawa kekasihnya Johan. Air mata mengalir menyusuri pipi lembut Emellie lalu jatuh ke lantai yang dingin. Johan tewas ketika dalam perjalan menuju sebuah kafe favorit Emellie untuk merakan hari jadi mereka yang ke tiga. Semua hal tentang Johan muncul seketika di benak Emellie malam itu. Saat dimana Johan menyatakan cinta kepada Emellie di depan rumahnya. Waktu itu Emellie masih SMA sedangkan Johan adalah teman kuliah Rey kakak Emellie. Saat dimana Johan selalu mengecup lembut bibir Emellie ketika mereka akan berpisah di depan rumah Emellie. Tak sadar Emellie menggigit bibir bawahnya yang merah. Selama setahun kematian Johan, tak satu pun ia menerima pernyataan cinta dari beberapa teman laki-lakinya.

 
Cool Grey Outer Glow Pointer